PENDEKATAN INOVATIF UNTUK PENGEMBANGAN NILAI-NILAI AGAMA BAGI ANAK
TAMAN KANAK-KANAK
a. Pendekatan Inovatif untuk Pengembangan Nilai-nilai Agama bagi Anak
Taman Kanak-kanak
Pengembangan nilai-nilai agama di Taman Kanak-kanak berkaitan erat dengan pembentukan perilaku manusia, sikap, dan keyakinan. Oleh sebab itu, diperlukan berbagai inovasi pengembangan yang komprehensif sesuai dengan perkembangan dan kemampuan anak didik. Adapun yang melatar belakangi esensi inovasi dalam bidang pengembangan pembelajaran adalah munculnya berbagai kendala dan kelemahan serta kekuranglengkapan yang ada di lingkungan penyelenggara pendidikan di Taman Kanak-kanak. Untuk melaksanakan program pembelajaran nilai-nilai agama tersebut guru harus mempelajari berbagai pendekatan yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak didik, menyiapkan kurikulum yang komprehensif, dan adanya kesinambungan antar satu program pengembangan dengan program lainnya. Alternatif inovasi dalam rangka meningkatkan efektifitas kegiatan belajar mengajar bagi peserta didik adalah perlu adanya kurikulum terpadu (integrated curriculum), pendekatan pembelajaran terpadu (integrated learning), dan hari terpadu (integrated day).
b. Prinsip-prinsip Inovasi untuk Pengembangan Nilai-nilai Agama Anak
Taman Kanak-kanak
Beberapa inovasi pendekatan pembelajaran termasuk dalam mengembangkan nilai-nilai agama bagi anak Taman Kanak-kanak antara lain: pengalaman belajar, belajar aktif, dan belajar proses. Upaya yang dapat dilakukan oleh orang tua dan guru dalam rangka mengembangkan cinta belajar pada diri anak adalah sebagai berikut: kasih sayang perlindungan dan perawatan, waktu yang diberikan kepada anak lingkungan belajar yang kondusif, belajar bersikap adalah belajar nilai, dan belajar moral di usia dini. Upaya tersebut didasarkan pada prinsip developmentally appropriate practice dan prinsip enjoyable. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan inovasi pendekatan dan pengembangan nilai-nilai agama pada anak Taman Kanak-kanak adalah sebagai berikut: berorientasi pada kebutuhan anak belajar melalui bermain kreatif dan inovatif lingkungan yang kondusif mernggunakan pembelajaran terpadu mengembangkan keterampilan hidup menggunakan berbagai media dan sumber belajar, serta pembelajaran yang berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak
MACAM-MACAM PENDEKATAN UNTUK PENGEMBANGAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN
a. Macam-macam Pendekatan Pengembangan Nilai-nilai Keagamaan
Untuk mengembangkan nilai-nilai keagamaan pada diri anak, diperlukan berbagai macam metode dan pendekatan. Metode dan pendekatan ini berfungsi sebagai nilai untuk mencapai tujuan. Dalam menentukan pendekatan, guru perlu mempertimbangkan berbagai hal seperti tujuan yang hendak dicapai, karakteristik anak, jenis kegiatan, nilai/kemampuan yang hendak dikembangkan, pola kegiatan, fasilitas/media, situasi dan tema/sub tema yang dipilih. Pembelajaran konstekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata anak dan mendorong anak membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pembelajaran konstekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, antara lain adalah: konstruktivisme, refleksi dan penilaian sebenarnya. Beberapa model pendekatan yang sesuai dengan karakteristik dunia anak Taman Kanak-kanak antara lain: bermain peran, karyawisata, bercakap-cakap, demonstrasi, proyek, bercerita, pemberian tugas dan keteladanan serta bernyanyi.
b. Contoh Desain Macam-macam Pendekatan Pembelajaran Nilai-nilai
Keagamaan bagi Anak Taman Kanak-kanak
Penyusunan disain pembelajaran nilai-nilai keagamaan ini harus mempertimbangkan berbagai hal diantaranya: kesesuaian tingkat perkembangan dan kebutuhan anak, mengacu pada kurikulum berbasis kompetensi, berorientasi pada anak, menggunakan langkah-langkah kegiatan standar dan mengacu pada tujuan dan hasil belajar yang nyata/riil (authenthic assessment). Hal-hal yang harus tercantum dalam format pembelajaran nilai-nilai keagamaan adalah: tema, subtema, kelas/semester, kompetensi dasar, hasil belajar, indikator, metode/teknik, KBM, media pendukung, target kompetensi, dan penilaian yang meliputi lembar observasi dan waktu penilaia
INSTRUMEN PENILAIAN UNTUK PENGEMBANGAN NILAI-NILAI
KEAGAMAAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK
a. Instrumen Penilaian dalam Pengembangan Nilai-nilai Keagamaan Anak
Taman Kanak-kanak
Penilaian itu menekankan pada proses pembelajaran. Oleh sebab itu, data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan anak pada saat melakukan proses pembelajaran. Karakteristik penilaian yang ideal adalah dilaksanakan selama dan sesudah pembelajaran berlangsung, bisa digunakan untuk formatif performasi, berkesinambungan, terintegrasi dan dapat digunakan sebagai feed back. Untuk menjaring data hasil belajar, Anda dapat menggunakan hal-hal yang bisa memberikan masukan penilaian prestasi anak seperti: hasil dari kegiatan/ proyek, pekerjaan rumah, karya wisata, penampilan anak, demonstrasi dan catatan observasi. Instrumen yang dapat Anda digunakan untuk penilaian di Taman Kanak-kanak dengan memperhatikan sifat dan karakteristiknya adalah hasil kerja anak (portofolio) yang meliputi hasil karya, hasil penugasan, kinerja anak, tes tertulis, dan format observasi.
b. Petunjuk Penggunaan Instrumen Penilaian Pengembangan Nilai-nilai
Keagamaan Anak Taman Kanak-kanak
Alat penilaian yang digunakan untuk menilai bidang pengembangan nilai-nilai agama adalah sebagai berikut: pengamatan (observasi) dan pencatatan anekdot (anecdotal record), penugasan melalui tes perbuatan, pertanyaan lisan dan menceritakan kembali. Hal-hal yang dapat dicatat guru sebagai bahan penilaian adalah: anak-anak yang belum dapat menyelesaikan tugas dan anak-anak yang dapat menyelesaikan tugas dengan cepat, kebiasaan/perilaku anak yang belum sesuai dengan yang diharapkan dan kejadian-kejadian penting yang terjadi pada hari penulisan pelaporan hasil penilaian pada laporan perkembangan anak. Sebelum uraian (deskripsi), terlebih dahulu dilaporkan perkembangan anak secara umum untuk tiap-tiap program pengembangan. Untuk laporan secara lisan dapat dilaksanakan dengan bertatap muka dan mengadakan hubungan atau informasi timbal balik antara pihak TK dan orang tua/wali dari si anak..
Sejak jaman dahulu, anak-anak – manusia dan binatang senantiasa bermain. Pada dinding-dinding kuil dan kuburan orang-orang Mesir kuno ditemukan relief-relief yang menggambarkan anak-anak sedang bermain. Menurut sebagian para ahli, bola yang terbuat dari kain atau kulit-kulit binatang merupakan salah satu alat bermain yang tertua. Demikian juga “gasing”, yang disebut oleh filosof Plato dalam bukunya Republic , dan dijadikan sebagai simbol kehidupan oleh salah seorang penyair Romawi. “Hidup kita ini, “ katanya, “bagaikan gasing. Ia ditarik dengan tali namun tetap berputar dan menari”.
Bagi anak, bermain adalah suatu kegiatan yang serius, namun mengasyikan. Melalui aktivitas bermain, berbagai pekerjaannya terwujud. Bermain adalah aktivitas yang dipilih sendiri oleh anak, karena menyenangkan, bukan karena akan memperoleh hadiah atau pujian. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa anak adalah pembangun teori yang aktif (theory builder). Bermain adalah salah satu alat utama yang menjadi latihan untuk pertumbuhannya. Bermain adalah medium, di mana anak mencobakan diri, bukan saja dalam fantasinya tetapi juga benar nyata secara aktif. Bila anak bermain secara bebas, sesuai kemauan maupun sesuai kecepatannya sendiri, maka ia melatih kemampuannya untuk belajar. (Agustin, 2005).
Para ahli memiliki keragaman pandangan tentang bentuk-bentuk pembelajaran anak usia dini. Pandangan dengan berbagai latar belakang filosofisnya tersebut banyak disebut dengan sitilah model pembelajaran. Apakah model ? Model secara sederhana adalah ”gambaran” yang dirancang untuk mewakili kenyataan. Model didefinisikan sebagai “a replica of the fhenomena it attempts to explain” (Runyon, dalam Rakhmat, 1988:59). Jadi dalam kegiatan pembelajaran model dapat dimaknai sebagai suatu pola atau gambaran yang menjelaskan tentang berbagai bentuk, pandangan yang terkait dengan kegiatan pembelajaran.
Adapun model-model pembelajaran anak usia dini dapat didefinisikan sebagai serangkaian pola, bentuk, kegiatan ataupun cara pandang kelompok tertentu terhadap kegiatan belajar anak usia dini.
0 komentar:
Posting Komentar